Hidup Itu Simpel, Ibarat Kita Menggunakan Fashion
Beberapa hari lalu saya dapat undangan mendadak dari salah satu PUK SP TSK SPSI tepatnya PUK SP TSK SPSI PT. Pratama Abadi industri JX – Sukabumi untuk menghadiri sekaligus diminta untuk memberikan satu sampe dua materi sekaligus yaitu soal pembangunan karakter pengurus dan masalah kesetaraan gender.
Dua permintaan itu kelihatan sepintas tidak ada hubungannya, tapi karena peserta pelatihannya adalah pekerja atau buruh perempuan yang baru diangkat atau direkrut jadi pengurus lembaga pemberdayaan pekerja perempuan, jadi sangat masuk akal permintaan pengurus PUK tersebut, karena tidak sedikit orang ketika sudah menjadi pengurus serikat pekerja menghadapi masalah dan jadi korban masalah karena tidak bisa mengelola dirinya dengan baik. Dan tidak sedikit juga orang menjadi terjatuh dalam ke-terpuruk-an dan mengalami frustasi yang luar biasa karena terus-menerus mengalami kegagalan.
Hidup itu sebenarnya sangat simpel alias sederhana, karena menjalani hidup itu ibarat kita menggunakan pakaian atau fashion. Filosofi fashion sebenarnya ajaran para orang tua dahulu walaupun tidak menyebutnya dengan fashion tapi lebih banyak dengan menggunakan kata baju.
Pakailah baju yang cocok dengan ukuran dan bentuk tubuhmu, bahkan saking simpelnya bisa diibaratkan seperti kita menggunakan atau memakai fashion, memakai baju, memakai celana, memakai BH, memakai singlet, memakai CD atau celana dalam, memakai peci atau topi dan sejenisnya.
Memakai baju atau celana dan sejenisnya itu jangan terlalu longgar dan jangan juga terlalu seret, jangan terlalu besar dan juga jangan terlalu kecil, cari yang pas saja, gunakan yang cocok dengan dirimu. Berpakaian itu bukan semata soal enak dipandang dan dilihat tapi juga harus enak dirasakan bagi mereka yang menggunakannya.
Berpakaian itu bukan hanya soal murah dan mahal, bukan semata soal trendy dan jadul tapi juga soal kecocokan dan kepantasan, soal kelaziman dan kepatutan, soal kemanfaatan, soal konteks ruang dan waktu dan juga soal nilai dan norma.
Makna dan hikmah yang bisa diambil dari filosofi fashion atau pakaian ini adalah hiduplah sesuai dengan ukuran kemampuan, hiduplah dengan ukuran kepantasan dan kepatutan, dengan ukuran nilai dan norma, dan hiduplah dengan ukuran yang sesuai dengan konteks ruang dan waktu, dengan nilai kemanfaatan dan bentuk tanggungjawab kita sedang apa, jadi apa, untuk apa dan mewakili siapa.
Tidak sedikit pekerja atau buruh menjadi tidak nyaman bekerja karena dikejar-kejar debt collector atau banyak rekan kerja yang menagih hutang. Kenapa ? karena tidak menyesuaikan pengeluarannya dengan pendapatan atau gaji yang diterimanya. Karena hidupnya menukarkan kebutuhan dengan keinginan yang tidak sesuai dengan ukuran atau takaran kemampuannya.
Tidak sedikit pejabat merasakan banyak kehilangan dan kesepian ketika sudah tidak menjabat lagi dan akhirnya menjadi syndrome, karena tidak pernah menyesuaikan gaya hidupnya dengan ukuran kepatutan penghasilan dan pendapatannya, dan akhirnya abai bahwa jabatan itu selalu dibatasi dengan ukuran tanggungjawab, ukuran ruang dan waktu.
Hidup itu simpel, saking simpelnya ibarat kita menggunakan fashion... Gunakanlah pakaian yang sesuai dengan bentuk dan ukuran tubuhmu.